KITAB BERZANJI
Kitab Barzanji adalah buah karya Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin
Abdul Karim (1690-1766 M), seorang qadli (hakim) dari Mazhab Maliki yang
bermukim di Madinah. Judul asli kitab tersebut, 'Iqd al-Jawahir
(untaian permata). Namun, nama Barzanji (sang penulis--Red) lebih
dikenal masyarakat Muslim ketimbang nama judul kitabnya. Dan pengucapan
kata 'barzanji' secara fasih agaknya cukup menyulitkan lidah lokal
Indonesia, sehingga kata tersebut teradaptasi menjadi berjanji.
Karya sastra al-Barzanji ini begitu masyhur di Tanah Air. Syekh Nawawi
al-Bantani telah mensyarahi (menjabarkan) isi kitab tersebut dan diberi
judul Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Beberapa ahli bahasa Arab
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Sastrawan WS Rendra pernah
mementaskannya dalam Pagelaran Seni Teater Shalawat Barzanji beberapa
tahun silam.
Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik
militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam
Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin
al-Ayyubi (1138-1193 M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang
diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah SAW.
----
Minggu, 08 Maret 2009 pukul 21:34:00
Keagungan Nabi dalam Barzanji
SASTRA ISLAM
Yaa Nabi salam 'alaika (Wahai Nabi, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)
Yaa Rasul salam 'alaika (Wahai Rasul, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)
Yaa habib salam 'alaika (Wahai sang kekasih, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)
Shalawatullah 'alaika (Semoga kemulyaan dari Allah selalu dilimpahkan kepadamu).
Syair itu begitu akrab di telinga masyarakat Muslim Indonesia. Setiap
saat, baik di rumah, surau, majelis taklim, maupun masjid, syair
tersebut dikumandangkan untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Apalagi pada
bulan Rabiul Awal, yang merupakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW,
pembacaan syair-syair pujian kepada Rasulullah, baik Diba' Barzanji,
Burdah, Simthuddurar (Maulid Habsyi), bergema dalam berbagai kegiatan
keagamaan. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga sering dibaca umat Islam
di Asia Tenggara dalam berbagai upacara keagamaan. Dan syair maulid
Diba' Barzanji, Burdah, Simthuddurar dan lainnya, kini dibukukan dalam
satu buku yang diberi nama Syaraf al-Anam.
Umat Muslim Indonesia punya cara tersendiri dalam mengekspresikan rasa
cintanya terhadap Rasulullah SAW. Pujian dan shalawat disuarakan
bersama-sama secara khusyuk dan terkadang diiringi alunan musik
tradisional, kompang, gambus, hadrah, rebana, dan lainnya. Kegiatan
pembacaan syair maulid ini begitu semarak dalam semangat kebersamaan.
Bagi umat Islam, pembacaan syair-syair maulid ini merupakan penghormatan
dan pujian atas keteladanan penghulu umat, Muhammad SAW.
Syair di atas adalah bait kedua dan ketiga dari nazhom Al-Barzanji.
Namun demikian, saat pembacaan syair Burdah, Diba' atau al-Habsyi, syair
ini juga sering dibaca, terutama ketika memasuki mahallu al-qiyam
(tempat berdiri).
Syair Barzanji yang dikenal juga dengan Maulid Barzanji mengisahkan
riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam untaian syair yang menakjubkan.
Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua, yaitu natsar dan nazhom.
Pada bagian natsar terdapat 19 subbagian yang memuat 355 untaian syair,
dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya
merunutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang
baginda Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas
kenabian. Sementara, bagian nazhom terdiri atas 16 subbagian yang memuat
205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir nun.
Di dalam kitab ini tidak terdapat informasi tentang tanggal, bulan, dan
tahun suatu peristiwa sejarah secara detail. Kitab ini ditulis tidak
dimaksudkan sebagai buku sejarah, namun data historis yang disajikan
merujuk kepada Alquran, hadis, dan sirah nabawiyah. Syair ini merupakan
karya sastra tentang riwayat hidup Rasulullah SAW dengan kekuatan
bahasa, pemilihan kata yang apik dan serasi, serta metafor yang indah.
Sebagai contoh, keluhuran sosok Rasulullah dianalogikan dengan
benda-benda langit sebagai penghias alam semesta, bahkan lebih indah
dari benda-benda itu.
Cahaya di atas cahaya
Bahkan, Syekh Ja'far menggambarkan kehadiran sang Rasul di tengah umat
Muslim dalam nazhom-nya pada baris keempat yang berbunyi :
Asyraqa al-badru 'alaina fa ikhtafat minhu al-buduuru (Telah terbit
purnama di tengah-tengah kita, maka tertutuplah semua bulan purnama).
Pada bait berikutnya, Syekh Ja'far menggambarkan:
Anta syamsun anta badrun Anta nuurun fawqa nuuri (Engkaulah surya, engkaulah purnama. Engkaulah cahaya di atas cahaya).
Dalam tradisi masyarakat Arab, metafora dan simbol terhadap benda-benda
langit dimaksudkan menumbuhkan kekuatan rasa cinta dan rindu terhadap
orang yang dijunjung, sebagaimana manusia selalu merindukan hadirnya
purnama. Dengan penggambaran yang demikian, sang pengarang ingin
menyampaikan betapa pribadi Rasulullah begitu agung lagi penting bagi
umat manusia, sebagaimana benda-benda langit yang letaknya di atas,
memancarkan keindahan, tak terjangkau oleh tangan namun selalu
dirindukan, dan memiliki peran penting dalam menjaga dinamika kehidupan
alam semesta.
Pribadi dan akhlak baginda Nabi tidak lain adalah ejawantah ajaran
Alquran yang wajib ditiru oleh umat Islam. Beliau adalah cahaya di atas
cahaya yang menyinari hati setiap umatnya, membawa mereka kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat. Anta mishbahu as-shuduuri (Engkau adalah
lentera hati), kata Syekh Ja'far dalam nazhom bait ketujuh. Kehadirannya
sebagai cahaya merupakan nikmat tak terhingga bagi semua makhluk hidup.
Melalui beliaulah manusia mengenal Tuhannya secara lebih dekat.
Keindahan syair Barzanji tidak hanya terletak pada metafornya, tetapi
juga pilihan kata-katanya. Setiap kalimatnya berupa kasidah puitis yang
diakhiri dengan huruf yang sama (ah atau nun). Mudah diucapkan dan
nikmat didengar. Bahkan, bagi masyarakat yang masih kuat memelihara
tradisi lisan, susunan kalimat itu mempermudah umat dalam
menghapalkannya. Sebagaimana kebiasaan para santri pesantren tradisional
yang melantunkan bait-bait syair Barzanji tanpa melihat teks.
Untaian
kemilau kata yang berakhir dengan bunyi ah tampak pada pelukisan nasab
baginda Nabi Muhammad SAW dalam natsar bait pertama. Judul Untaian
Mutiara/ agaknya dipilih oleh penulis untuk melukiskan kemulyaan
silsilah keluarga Rasulullah yang dituturkan dalam rangkaian kalimat
bersajak. Berikut adalah terjemahannya.
''Kusampaikan bahwasanya junjungan kita Nabi Muhammad SAW adalah putra
Abdullah, putra Abdul Muthalib, nama aslinya ialah Syaibatul Hamd,
karena budi pekertinya yang agung. (Abdul Muthalib) adalah putra Hasyim,
nama aslinya Amr, putra Abdu Manaf, yang nama aslinya Al-Mughirah, yang
mencapai kemulyaan yang tinggi.''
Pada bagian ini ditutup dengan untaian syair:
Nasabun tahsibul 'ula bihulah (Rangkaian nasab yang berkedudukan tinggi).
qalladatha nujumah al-jawza'u (laksana barisan bintang-bintang yang saling terkait).
Habbadza 'iqdu sudadiw wa fakhari (Betapa indah untaian yang sangat mulia dan membanggakan itu).
anta fahil yatimatul 'ashma-u (dengan dikau yang laksana liontin berkilau di dalamnya).
Sejumlah kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, secara berurutan
diuraikan dengan rima yang masih sama. Sang penulis mengisahkan masa
kehamilan ibunda Rasul, dan kelahiran beliau yang disertai dengan
keajaiban-keajaiban alam. Berikut sekelumit kisah kehadiran sang Nabi
dari syair Barzanji.
Dikisahkan pada masa hamil Nabi Muhammad, ibunda beliau, Aminah,
didatangi malaikat utusan Allah yang mengabarkan bahwa beliau sedang
mengandung seorang nabi dan junjungan seluruh umat manusia. Pada masa
kehamilan itu pula, sang ibu menyaksikan cahaya keluar dari tubuhnya.
Cahaya tersebut bersinar sampai ke negeri Syam.
Di tempat lain terjadi pula peristiwa yang menakjubkan. Disebutkanlah
satu guncangan di istana Kisra di Persia yang menyebabkan istana
tersebut retak, yang menjadi tanda keruntuhan kerajaan itu. Juga, api di
negara Parsi yang tidak pernah padam selama hampir seribu tahun, namun
kemudian padam pada saat Muhammad dilahirkan. Peristiwa ini mengejutkan
orang-orang Parsi.
Sementara itu, di dalam nazhom yang diakhiri dengan bunyi nun, keutamaan
budi pekerti baginda Rasul diuraikan dengan barisan kata yang memesona.
Di bagian ini penulis menyajikan pribadi Nabi sebagai suri teladan
dalam menciptakan kesetaraan, tenggang rasa, dan cinta kasih
antarsesama.
Rasul berada di garis terdepan dalam penerapan tatanan sosial
berdasarkan ajaran agama Islam. Beliau sangat mencintai kaum fakir
miskin, berjalan seiring sejalan dengan para sahabatnya tanpa membedakan
status sosial maupun ekonomi. Syair Barzanji mengisahkan suatu ketika
Rasulullah mengatakan Khalluu Dhohri (janganlah kalian berjalan di
belakangku). Ini menunjukkan sebuah keteladanan sang pemimpin akan
pentingnya kebersamaan dengan saudara seiman.
Inilah sedikit rahasia mengapa umat Islam Indonesia begitu gandrung
dengan syair Barzanji. Di satu sisi, Barzanji menyajikan kisah kehidupan
Nabi dengan untaian kalimat yang begitu gemilang. Dan di sisi lain,
masyarakat Indonesia pada umumnya tumbuh berkembang dalam lingkungan
yang kaya akan karya sastra. Dengan demikian, penerimaan Barzanji di
Tanah Air berjalan cepat dan berakar kuat.
Keteladaan Nabi dalam syair Barzanji menjadi salah satu sarana bagi umat
Muslim Indonesia untuk membangun kehidupan individu dan sosial yang
ideal. Karya sastra ini membantu proses penanaman nilai-nilai luhur
Islam dalam setiap sanubari insan Muslim. Karena itu, setiap Muslim
hendaknya istikamah, berpegang pada norma-norma agama yang diajarkan
Rasulullah SAW, sekaligus mencontoh kepribadian, akhlak, dan perilaku
beliau.
Gema barjanji
Sayangnya, transformasi nilai dalam syair-syair maulid Barzanji dan
lainnya dalam kehidupan umat sehari-hari masih terkendala oleh faktor
bahasa. Sejauh ini, terjemah versi bahasa Indonesia belum banyak dibaca
oleh masyarakat, terutama yang berada di pedesaan. Akibatnya, tidak
banyak umat Muslim Indonesia yang mampu menyelami mutiara hikmah yang
terkandung di dalamnya.
Namun yang cukup menggembirakan, kesadaran keagamaan masyarakat Muslim
masih cukup tinggi, sebagaimana tampak pada kecenderungan mereka membaca
riwayat hidup Nabi, dan berupaya mencontoh kepribadian beliau yang
dipaparkan para tokoh agama melalui upacara-upacara keagamaan.
Maulid Nabi Muhammad pada 12 Rabi'ul Awal, yang jatuh pada 9 Maret 2009
disambut oleh umat Muslim seantero nusantara dengan berbagai ekspresi
kebahagiaan. Salah satu kegiatan yang pasti tidak tertinggal adalah
pembacaan Barzanji secara bersama-sama di berbagai tempat. Indahnya
syair Barzanji dilantunkan melalui ekspresi-ekspresi budaya, yang tidak
hanya membangun kematangan spiritual masyarakat, tetapi juga kekuatan
jaringan sosial mereka.
Untuk kesekian kalinya, gema shalawat Nabi terdengar serentak di seluruh nusantara.
Yaa Nabi Salaamun 'alaika
Yaa Rasul Salaamun 'alaika
Anta syamsun anta badrun
Anta nuurun fawqa nuuri.
Syekh Ja'far al-Barzanji: Sang Pecinta Rasulullah
Sastra adalah salah satu unsur budaya Arab yang paling menonjol sejak
zaman jahiliah, zaman kegemilangan Islam, bahkan hingga sekarang.
Sastrawan-sastrawan besar Arab lahir di tengah lingkungan kesusastraan
yang tumbuh dinamis di negeri itu. Karya-karya mereka menyebar bersama
dengan persebaran Islam di berbagai belahan dunia. Salah satu karya
sastra yang diterima secara luas oleh umat Islam di dunia adalah 'Iqd
al-Jawahir (Untaian Permata), atau yang dikenal dengan Kitab Barzanji
atau syair Barzanji, karangan Syekh Ja'far Al Barzanji bin Husin bin
Abdul Karim (1690-1766 M).
Ja'far al-Barzanji lahir dan besar dalam lingkungan keluarga Muslim
religius. Menurut sebuah riwayat, beliau adalah keturunan (buyut) dari
cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid al-Alawi
al-Husain al-Musawi al-Shaharzuri al-Barzanji (1040-1103 H/1630-1691 M),
Mufti Agung dari mazhab Syafi'i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa)
berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, setelah mengembara ke
berbagai dunia Islam akhirnya bermukim di Kota Madinah.
Syekh Ja'far sendiri adalah seorang qadli (hakim). Beliau mengabdikan
diri untuk kemaslahatan umat Islam di Madinah. Bahkan, sebagian
masyarakat meyakini ia mendapatkan karamah dari Allah SWT, sebagaimana
tecermin pada kedalaman ilmu agamanya, keluhuran budi pekertinya, dan
keluasan wawasannya. Beliau wafat di Kota Madinah dan dimakamkan di
Jannatul Baqi`.
Potret kedalaman ilmu agama Syekh Ja'far terpancar melalui salah satu
karya agungnya yang hingga kini masih dibaca umat Islam di seluruh
dunia, Kitab Barzanji. Kitab sastra yang mengulas semua aspek kehidupan
Nabi Muhammad SAW itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi
upacara-upacara keagamaan umat Islam secara keseluruhan. Dalam sebuah
sumber, Kitab Al-Barzanji ini ditulis Syekh Ja'far sebagai bentuk
kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Dari syair itu, diharapkan
seluruh umat Islam meneladani keagungan dan kerpibadian Rasulullah SAW.
Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik
militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam
Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin
al-Ayyubi (1138-1193 M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang
diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah SAW.
Imbauan agar para ulama menulis syair-syair shalawat Nabi disebarluaskan
ke perbagai penjuru negeri Arab. Kitab Berzanji hadir dalam situasi
umat Islam membutuhkan kekuatan yang dapat diimajinasikan itu. Syekh
Ja'far agaknya berhasil. Setidaknya dalam ranah sosial budaya yang
hingga kini masih dapat dilihat pengaruhnya. Mungkin inilah berkah dari
Allah untuk sebuah mahakarya seorang ulama yang terkenal dengan
kerendahan hati dan keihlasannya itu.
Syekh Ja'far menempatkan baginda Nabi Muhammad SAW pada posisi sentral
dalam kehidupan dunia. Tidak hanya bagi umatnya, tetapi juga bagi umat
manusia seluruhnya. Keindahan syair Barzanji menggiring setiap
pembacanya untuk menyadari bahwa kebenaran berasal dari sumber yang
satu, yaitu Alquran yang dibawa oleh seorang Rasul paling mulia,
Muhammad SAW. Sentralitas figur Nabi Muhammad SAW mampu mendekatkan
seluruh komponen masyarakat untuk kemudian bersatu, bahu-membahu
membangun sebuah kesatuan umat yang kokoh. Dalam konteks ini, sangatlah
penting, setiap Muslim membaca Barzanji untuk meneladani dan mengingat
kemuliaan Rasulullah SAW.
Di Indonesia, karya Syekh Ja'far ini dilantunkan dalam upacara-upacara
seperti sekaten, kelahiran anak, akikah, potong rambut, pernikahan,
syukuran, dan upacara lainnya. Ini mencerminkan kesatuan ciri-ciri
kebudayaan umat Islam Indonesia, sekaligus menyimbolkan keseragaman cara
pandang mereka terhadap Rasulullah SAW. Pada skala yang lebih kecil,
jamaah yang hadir dalam pembacaan Barzanji memiliki kesadaran persamaan
antarsesama. Mereka duduk bersila bersama, berdiri bersama, membaca
Barzanji bersama, dan makan bersama. Dari level yang paling kecil
inilah, benih-benih persatuan umat Islam dapat dipupuk dan
ditumbuhkembangkan demi keutuhan ukhuwah islamiyah. rid/dia/berbagai
sumber
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Ahmad Musthofa dalam artikel tsb menyatakan :
Syekh Jakfar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M),
Setahu saya sbb :
Khoiruddin Azzarkali menyatakan :
اَلْبَرْزَنْجِي
(000 - 1177 ه = 000 - 1764 م) جَعْفَرُ بْنُ حَسَنِ بْنِ عَبْدِ
اْلكَرِيْمِ اْلبَرْزَنْجِي، زَيْنُ اْلعَابِدِيْنَ: فَاضِلٌ، مِنْ أَهْلِ
الْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ.كَانَ مُفْتِيَ الشَّافِعِيَّةِ فِيْهَا.
Al
Barzanji 1177 H – 1764 M – namanya Ja`far bin Hasan bin Abd Karim al
barzanji – Julukannya Zainul abidin - orang baik termasuk penduduk
Medinah – menjadi mufti madzhab Syafi`I disana.
Umar rida Kahalah berkata :
ط)
اَغَا بِزْرِك: أَعْلاَمُ الشِّيْعَةِ 2: 243 جَعْفَرُ اْلبَرْزَنْجِي
(000 - 1187 ه (1)) (000 - 1764 م) جَعْفَرُ بْنُ حَسَنٍ بْنِ عَبْدِ
اْلكَرِيْمِ بْنِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ الرَّسُوْلِ اْلبَرْزَنْجِي،
Dalam
kitab A`lamus syi`ah ( tokoh – tokoh Syi`ah ) karya Agho Bizrik 2/243 –
Ja`far al barzanji – 1187 H – 1764 bernama Ja`far bin Hasan bin Abd
Karim bin Muhammad bin Abd Rasul al barzanji .
Jadi pengarang berzanji itu digolongkan tokoh syi`ah dalam kitab tsb .
Ahmad Musthofa menyatakan lagi :
Penulisan
Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik militer dan
politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam Perang Salib.
Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193
M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang diimajinasikan bersama.
Dialah Rasulullah SAW.
Saya
menjawab dengan ringkas sekali , karena banyak yang sudah saya
terangkan dalam buku karya saya kesirikan dan hurofat dalam berzanji
.
Saya katakan :
Tidak mungkin saat Sholahuddin ada berzanji .Sebab masa hidup keduanya jauh berbeda. Masa hidup syekh Ja`far adalah sekitar tahun 1764 M – 1177 H. Sedang masa hidup salahuddin al ayuubi sekitar 1183 M
Ahmad musthofa menyatakan lagi :
Apalagi
pada bulan Rabiul Awal, yang merupakan tahun kelahiran Nabi Muhammad
SAW, pembacaan syair-syair pujian kepada Rasulullah, baik Diba'
Barzanji, Burdah, Simthuddurar (Maulid Habsyi), bergema dalam berbagai
kegiatan keagamaan. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga sering dibaca
umat Islam di Asia Tenggara dalam berbagai upacara keagamaan. Dan syair
maulid Diba' Barzanji, Burdah, Simthuddurar dan lainnya, kini dibukukan
dalam satu buku yang diberi nama Syaraf al-Anam.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Ada hadis sbb:
- حَدَّثَنَا
أَبُوْ الْحَسَنِ مُحَمَّدٌ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ شِبَوَيْه الرَّئِيْسِ
ِبمَرُو ، ثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ النَّيْسَابُوْرِي ، ثَنَا
عَلِيٌّ بْنُ مَهْرَانَ ، ثَنَا سَلْمَةُ بْنُ اْلفَضْلِ ، عَنْ مُحَمَّدٍ
بْنِ إِسْحَاقَ ، قَالَ : « وُلِدَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ِلاثْنَتيَ عَشْرَةَ لَيْلَةً مَضَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيْعِ
اْلأَوَّلِ »
……………..Muhammad bin Ishaq berkata : Rasulullah di lahirkan pada malam 12 bulan Rabi`ul awal . HR Al hakim
Komentarku ( Mahrus ali ) : Hadis munqathi` , lemah sekali , tidak bisa di buat landasan .
perawi
bernama Muhammad bin Ishak yang selalu berkata benar , tertuduh Syi`ah
dan Qadariyah dan suka menyelinapkan perawi lemah, banyak hadis
nyeleneh yang di riwayatkan dan kebanyakannya mungkar . Ulama berbeda
pendapat boleh di buat hujjah atau tidak..
Dan Muhammad bin Ishak sendiri Tabi`in bukan sahabat , dari siapa dia tahu bulan dan tanggal kelahiran Rasulullah
Saya
sudah membahasnya dengan panjang lebar dalam karya keritikan saya pada
buku diba` atau berzanji dan kesimpulannya tiada hadis yang
menyatakan Rasulullah lahir pada bulan Rabiul awal .
Ahmad Musthofa menyatakan lagi :
Pujian dan shalawat disuarakan bersama-sama secara khusyuk dan terkadang
diiringi alunan musik tradisional, kompang, gambus, hadrah, rebana, dan
lainnya.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Apakah
anda baru masuk Islam atau memang kurang ilmumu , apakah tidak
mengerti ada hadis yang mengharamkan musik , gambus dll . lihat hadis
sbb :
عَنْ
أَبِي ماَلِك ،سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللُهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ
وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى
جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ يَأْتِيهِمْ يَعْنِي
الْفَقِيرَ لِحَاجَةٍ فَيَقُولُونَ ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا
فَيُبَيِّتُهُمُ اللهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً
وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
*
Dari
Abu Malik berkata : Aku mendengar Nabi SAW bersabda : “ Sungguh
beberapa kaum dari umatku akan menghalalkan farji ( perzina an akan di
resmikan dan di perdakan ) , sutra ( untuk lelaki ) , khomer ( miras
akan di beri izin ) dan musik . Sungguh beberapa kaum akan bertempat
di dekat puncak gunung ,lantas datang seorang fakir yang membutuhkan
sesuatu dengan membawa domba atau ternak milik mereka sendiri .
Mereka berkata : “ kemblilah . kepada kita besok saja )Lantas Allah
memberikan sangsi kepada mereka , gunung pun lonsor , sedang lainnya di
jadikan babi dan kera sampai hari kiamat . HR Bukhori
Mu`tamar
NU ke 1 di Surabaya pada tgl 13 Rabiuts tsani 1345 H – 20 Oktober 1925
. memutuskan segala macam alat alat orkes ( malahi ) seperti seruling
dll adalah haram . Sumber hukum mereka dari kitab Al Ithaf alal Ihya`
takhrij Al Iraqi juz VI “.
Ahmad musthofa menyatakan lagi :
namun
data historis yang disajikan merujuk kepada Alquran, hadis, dan sirah
nabawiyah. Beliau adalah cahaya di atas cahaya yang menyinari hati
setiap umatnya Beliau adalah cahaya di atas cahaya yang menyinari hati
setiap umatnya, membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada bagian ini ditutup dengan untaian syair:
Nasabun tahsibul 'ula bihulah (Rangkaian nasab yang berkedudukan tinggi).
qalladatha nujumah al-jawza'u (laksana barisan bintang-bintang yang saling terkait).
Habbadza 'iqdu sudadiw wa fakhari (Betapa indah untaian yang sangat mulia dan membanggakan itu).
anta fahil yatimatul 'ashma-u (dengan dikau yang laksana liontin berkilau di dalamnya).
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Rasulullah
di katakan cahaya di atas cahaya adalah sirik , dan tidak layak di
sematkan kepada Rasulullah . lebih baik diamlah . Lihat ayat sbb :
اللَّهُ
نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا
مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ
دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ
وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ
نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ
اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(35)
Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak
di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Jadi cahaya di atas cahaya adalah Allah dan tak layak di sandang para nabi atau Rasul
Ahmad Musthofa berkata :
Dikisahkan pada masa hamil Nabi Muhammad, ibunda beliau, Aminah,
didatangi malaikat utusan Allah yang mengabarkan bahwa beliau sedang
mengandung seorang nabi dan junjungan seluruh umat manusia. Pada masa
kehamilan itu pula, sang ibu menyaksikan cahaya keluar dari tubuhnya.
Cahaya tersebut bersinar sampai ke negeri Syam.
Di tempat lain terjadi pula peristiwa yang menakjubkan. Disebutkanlah
satu guncangan di istana Kisra di Persia yang menyebabkan istana
tersebut retak, yang menjadi tanda keruntuhan kerajaan itu. Juga, api di
negara Parsi yang tidak pernah padam selama hampir seribu tahun, namun
kemudian padam pada saat Muhammad dilahirkan. Peristiwa ini mengejutkan
orang-orang Parsi.
Maulid Nabi Muhammad pada 12 Rabi'ul Awal, yang jatuh pada 9 Maret 2009
disambut oleh umat Muslim seantero nusantara dengan berbagai ekspresi
kebahagiaan
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Kisah –
kisah seperti di atas adalah hurofat dan telah saya bahas dalam salah
satu buku karya saya tentang mengkritisi Berzanji atau Diba. Saya
ambilkan contoh sedikit saja ;
Dalam majalah al manar di terangkan :
وَقَدْ ذُكِرَ بَعْدَ اْلآثَارِ الثَّلاَثِ رِوَايَةُ مَخْزُوْمٍ ابْنِ هَاِنئٍ
عَنْ
أَبِيْهِ عِنْدَ اْلبَيْهَقِي وَأَبِي نُعَيْمٍ وَفِيْهَا أَنَّهُ
ارْتَجَسَ لَيْلَةَ الْمَوْلِدِ إِيْوَانُ كِسْرَي وَسَقَطَتْ مِنْهُ
أَرْبَعَ عَشْرَةَ شُرْفَةً وَخَمِدَتْ نَارُ فَارِسَ وَغَاضَتْ بُحَيْرَةُ
سَاوَةَ
Setelah
tiga riwayat itu – riwayat di sebutkan pula riwayat Makhzum bin Hani`
dari ayahnya menurut riwayat al baihaqi dan Abu Nuaim . Di sana di
jelaskan pada malam maulid istana Kisra goncang , hingga 14 balkonnya
jatuh . Api persia mati , lalu danau Sawah juga kering …………….
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Riwayat al baihaqi itu sangat lemah .
قَالَ
ابْنُ عَسَاكِرَ : حَدِيْثٌ غَرِيْبٌ لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ حَدِيْثِ
مَخْزُوْمٍ عَنْ أَبِيْهِ تَفَرَّدَ بِهِ أَبُو أَيُّوبَ الْبَجَلِي :
أَيْ وَمَا تَفَرَّدَ بِهِ لاَ يُحْتَجُّ بِهِ
Ibnu
Aasakir berkata : Hadis nyeleneh kami tidak mengetahuinya kecuali
dari hadis Makhzum dari ayahnya dan hanya Abu Ayyub al bajali yang
meriwayatkannya Dan ia tidak bisa di buat hujjah bila sendirian .
Jadi kisah itu tidak valid dan tidak usah di percaya.
Abu
Nuaim sendiri meriwayatkannya tapi kurang percaya padanya .Beliau
memang suka meriwayatkan hadis – hadis mungkar , bahkan palsu tanpa
komentar di harapkan orang – orang akan mengetahui derajat hadis dari
sanadnya .
Mereka mengeritik Abu Nuaim dan Ibnu mandah , dan masing – masing di keritik karenanya
Dzahabi
menyatakan : " Saya tidak menerima perkataan keduanya , aku tidak tahu
dosa besar karena keduanya meriwayatkan hadis – hadis palsu tanpa
komentar" .
MUHAMMADIYAH BONTAN menyampaikan hadis sbb :
Al-Baihaqiy
mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Fatimah AtsTsaqafiyyah yang
menyaksikan sendiri detik-detik kelahiran Muhammad Saw. Ia mengatakan:
"Aku hadir dan menyaksikan sendiri kelahiran Muhammad Saw. Ketika itu
,aku melihat cahaya terang menyinari seisi rumah tempat beliau
dilahirkan. Selain itu aku pun melihat beberapa buah bintang bersinar
turun mendekat hingga aku merasa seolah-olah bintang-bintang itu hendak
menjatuhi diriku. Pada malam kelahiran bayi tersebut, tampak berbagai
tanda-tanda luar biasa. Bumi goncang dilanda gempa hingga berhala-hala
yang terpancang di sekitar Kakbah jatuh bergelimpangan. Beberapa buah
gereja dan biara runtuh serta balairung istana Kisra di Persia retak dan
roboh, disusul oleh padamnya api sesembahan orang Majusi di Persia.
Dengan padamnya api sesembahan itu, mereka cemas dan khawatir, semuanya
menduga bahwa ini adalah tanda yang menunjukkan telah terjadinya
peristiwa besar di dunia. Peristiwa itu tidak lain, adalah kelahiran
Muhammad Saw,
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Saya
mencari riwayat tsb dalam kitab – kitab hadis tapi malang sekali nasib
saya hingga saya tidak menjumpainya , entah dari mana MUHAMMADIYAH
BONTANG itu mengutipnya . Bila ada refrensinya, maka saya katakan
baru kali ini hurofat itu terdengar atau ku baca . Lantas Fathimah ats
tsaqafiyah bagi kami masih mesterius identitasnya .
Dr. Fethullah Gulen juga mengutip kisah hurofat itu sbb :
Sebagian
besar patung-patung di dalam ka'bah roboh, istana kaisar Sassanid
goyang dan retak, dan empatbelas ornamen di puncak bangunannya runtuh.
Danau kecil di Sawa Persia lenyap tertelan bumi, dan api yang dipuja
orang-orang Magia di Istakhrabad, yang terus menyala sepanjang seribu
tahun, tiba-tiba pada.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Begitulah
riwayat yang tidak akurat lebih banyak membudaya di masarakat dan
jarang sekali yang mengkaji ulang , lalu tahu persoalan sejatinya dan
ini bahaya yang mengancam kebinasaan umat . Para ulama yang banyak
ngefan dengan kisah hurofat dan masarakat pun juga suka kepada kisah
aneh . Lihat ayat sbb :
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ
Dan
di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab
(Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.
Pengarang berzanji berkata lagi :
وَانْصَدَعَ إِيْوَانُ كِسْرَى بِالْمَدَائِنِ اْلكِسْرَوِيَّةِ
الَّذِي رَفَعَ أَنُوشَرْوَانَ سَمْكَهُ وَسَوَّاهُ
Istana Kisra di kota – kota Kaisar persia , di mana Anu Syarwan yang meninggikan atapnya dan meratakannya .
Istana Kisra di Mada`in
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Imam Bushairi juga menyatakan pecah istana Kisra ketika Rasulullah dilahirkan dalam burdahnya sbb :
وَبَاتَ إِيْوَانُ كِسْرَى وَهُوَ مُنْصَدِعٌ
كَشَمْلِ أَصْحَابِ كِسْرَى غَيْرَ مُلْتَئِمِ
Istana kisra pecah saat kelahiran Nabi
Laksana retaknya persatuan kolega – kolega raja Kisra .
Seluruhnya itu di terangkan tanpa ada hadis yang sahih .